Penyusutan Kayu

1. Definisi Penyusutan Kayu

Pengurangan kadar air maksimum di dalam kayu biasanya terjadi pada saat air bebas dalam rongga sel sampai mencapai titik jenuh serat. Pengurangan air selanjutnya di bawah titik jenuh serat akan menyebabkan dinding sel kayu itu menyusut atau mengerut. Dalam hal ini kayu dikatakan mengalami penyusutan atau pengerutan (Dumanauw, 1990).

Penyusutan kayu merupakan terjadinya proses penguapan air di dalam dinding sel di bawah titik jenuh serat. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa penyusutan secara umum terjadi ketika adanya penurunan kadar air di dalam kayu. Penyusutan yang terjadi pada suatu kayu memiliki pengaruh penting dalam perubahan dimensi suatu kayu. Cara mencegah atau membatasi penyusutan kayu menurut Dumanauw (1990) adalah dengan meminimalkan kadar air atau berada pada keseimbangan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

Searah dengan hal tersebut, Haygreen & Bowyer (1989) juga mendefinisikan penyusutan kayu sebagai keadaan suatu kayu yang mengalami kehilangan air di bawah titik jenuh serat. Selain itu, Sarinah & Jemi (2019) juga mengatakan bahwa penyusutan kayu merupakan terjadinya proses penguapan air di dalam dinding sel di bawah titik jenuh serat.

Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa penyusutan secara umum terjadi ketika adanya penurunan kadar air di dalam kayu. Penurunan kadar air tersebut diakibatkan oleh tekanan yang terjadi pada kayu sehingga memaksa air dari dinding sel menjadi ke luar (Mochsin, et al., 2014).

2. Pengaruh Penyusutan Kayu

Penyusutan yang terjadi pada suatu kayu memiliki pengaruh penting dalam perubahan dimensi suatu kayu. Perubahan dimensi suatu kayu dinyatakan dalam persen dalam dimensi maksimum kayu itu. Dimensi maksimum adalah dimensi sebelum ada penyusutan, sehingga dinyatakan dalam persen dari volume atau ukuran kayu dalam keadaan basah atau di atas titik jenuh serat.

Kunjungi juga : Materi Kerapatan Kayu

Oleh karena itu, nilai perubahan dimensi yang dialami oleh kayu pada saat dikeringkan dari keadaan basah, pengerjaan dan penggunaannya perlu dipertimbangkan. Hal ini disebabkan banyak jenis kayu memiliki angka penyusutan yang tinggi, jika kayu tersebut menjadi kering (Dumanauw, 1990).

Dalam penggunaan kayu dituntut syarat kestabilan dimensi kayu. Perubahan dimensi kayu tidak  sama dalam ketiga arah longitudinal, tangesial, dan radial. Dengan kata lain, kayu memiliki sifat anisotropi. Perubahan dimensi pada suatu kayu lebih dominan diperlihatkan oleh penyusutan karena memiliki pengaruh besar kayu tersebut digunakan.

Kayu menyusut lebih banyak dalam arah lingkaran tumbuh (tangensial), agak kurang kearah melintang lingkaran tumbuh (radial) dan sedikit sekali dalam arah sepanjang serat (aksial). Untuk perubahan dimensi dalam arah longitudinal, berkisar 0,1%-0,2%, dalam arah radial nilai penyusutan bervariasi antara 2,1%-8,5%, sedangkan dalam arah tangesial nilai penyusutan lebih kurang 2 kali nilai penyusutan radial, bervarisi antara 4,3%-14% (Dumanauw, 1990).

Selain itu, Panshin & de Zeeuw (1980) mejelaskan bahwa pada arah radial dan tangensial terjadi penyusutan yang berbeda. Perbedaan tersebut terdiri dari tiga bagian yakni sebagai berikut.
  • Arah jari-jari yang tegak lurus pada sumbu pohon menyebabkan pengurangan penyusutan searah radial karena sel jari-jari yang terletak memanjang pada arah radial mengalami pengurangan.
  • Bertambahnya lignin menyebabkan terjadinya penurunan peyusutan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan kandungan lignin antara dinding radial dan dinding tangensial.
  • Perubahan dimensi pada arah radial lebih kecil dari pada arah tangensial. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan letak sel, struktur dinding sel, dan susunan sel dalam zona kayu awal dan akhir sehingga persentase kayu awal lebih besar dari pada kayu akhir, sedangkan kayu awal memiliki peyusutan yang kecil.

3. Cara Mencegah/Membatasi Penyusutan Kayu

Cara mencegah atau membatasi penyusutan kayu menurut Dumanauw (1990) adalah dengan meminimalkan kadar air atau berada pada keseimbangan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
  • Mengeringkan kayu sampai mencapai kadar air yang konstan (tetap), sehingga penyusutan yang terjadi pada kayu relatif kecil atau dapat diabaikan. 
  • Setelah itu, menyimpan kayu di dalam ruangan yang tidak lembab serta memiliki sirkulasi udara yang baik (sistem penimbunan yang sempurna). 
  • Memberi lapisan pada kayu dengan bahan-bahan penutup fishing untuk menghambat perubahan kadar air atau untuk mempertahankan kestabilan kadar air, selain berfungsi untuk keindahan. 

Pustaka:
Dumanauw, J. F. 1990. Mengenal Kayu. Kanisius. Yogyakarta

Haygreen, J. G. & Bowyer, J. L. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Terjemahan Hadikusumo. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Mochsin, et al. 2014. Stabilitas Dimensi Kayu Berdasarkan Suhu Pengeringan dan Jenis Kayu. Jurnal Hutan Lestari 2 (2): 229-241

Sarinah & Jemi, R. 2019. Petunjuk Praktikum Sifat Sifat Dasar Kayu. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya. Palangka Raya (Tidak Dipublikasikan)

Panshin, A. J. & de Zeeuw, C. 1980. Textbook of Wood Technology McGraw-Hill Book Co. New York

Editor : Zega Hutan
close