Penumpukan Kayu Saat Pengeringan

A. Proses Penumpukan Kayu Saat Pengeringan

Sebagai syarat mutlak, pondasi dan lantai harus kuat dan datar, agar tidak mempengaruhi kerusakan kayu dan tumpukan kayu secara keseluruhan. Pengeringan kayu dilakukan secara seragam baik dalam hal jenis, kadar air awal, ketebalan, maupun kualitas kayu.

Keseragaman tersebut akan lebih sempurna apabila dilakukan kegiatan pengeringan kayu. Penumpukan dan penyusunan kayu berbeda-beda tergantung keadaan kayu tersebut. Biasanya, penumpukan kayu langsung diletakkan di atas pondasi atau juga dapat dilakukan dengan menggunakan lori. Lori merupakan suatu gerobak tempat kayu diletakkan.

Penumpukan kayu saat pengeringan umumnya terbagi menjadi 2 macam yakni penumpukan kayu secara vertikal dan penumpukan kayu secara horizontal. Pada penumpukan secara vertikal kayu biasanya dilakukan dengan cara menyilang dan menyandar. Adapun penumpukan kayu secara horizontal dengan cara penumpukan sejajar, penumpukan bersilang, dan penumpukan segitiga. Ciri penumpukan sejajar yaitu ada kolong sebesar 50 cm, pada bagian atas tumpukan terdapat atap yang terbuat dari kayu atau seng, ada kayu ganjal, tumpukan miring keluar sebesar 10 derajat.

Umumnya penggunaan lori, lebih banyak dipakai. Hal ini dikarenakan supaya udara menyebar secara merata di seluruh bagian kayu. Untuk memperoleh hal tersebut maka setiap lapisan papan diberi ganjal. Tumpukan kayu secara keseluruhan hendaknya merupakan bentuk persegi dengan ganjal lurus, naik secara horizontal, maupun vertikal.


Selanjutnya, pada bagian paling atas tumpukan kayu diletakkan pemberat yang disebar secara merata ke seluruh bagian kayu. Tujuan pemberatan tersebut adalah untuk menghindari adanya perubahan bentuk selama proses pengeringan.

B. Metode Penumpukan Kayu Saat Pengeringan

Metode penumpukan kayu saat pengeringan umumnya terbagi menjadi 2 macam yakni penumpukan kayu secara vertikal dan penumpukan kayu secara horizontal. Pada penumpukan secara vertikal kayu biasanya dilakukan dengan cara menyilang dan menyandar. Adapun penumpukan kayu secara horizontal dengan cara penumpukan sejajar, penumpukan bersilang, dan penumpukan segitiga.

Ciri penumpukan sejajar yaitu ada kolong sebesar 50 cm, pada bagian atas tumpukan terdapat atap yang terbuat dari kayu atau seng, ada kayu ganjal, tumpukan miring keluar sebesar 10 derajat. Sedangkan pada penumpukan kayu secara vertikal tidak memiliki atap karena lebih sesuai terhadap kayu yang tidak cepat retak maupun pecah serta minimnya serangan jamur biru.

Pada penumpukan secara horizontal, kayu berbentuk bantalan persegi yang ditumpuk akan menyebabkan terjadinya persentuhan di permukaan kayu. Akibatnya, kayu tersebut lebih lama kering sehingga tidak sesuai degan kayu yang rentan terhadap serangan jamur. Sebaliknya pada penumpukan zig-zag bidang sentuh menjadi kecil, dan letak kayu miring tidak terjadi endapan air.

Kunjungi juga : 2 Metode Pengeringan Kayu

Pada penumpukan kayu secara segitiga diperlukan halaman yang luas untuk pengeringan. Meskipun demikian, pengeringan yang terjadi lebih cepat kecuali pada bagian kayu yang bersentuhan dengan bagian kayu lainnya. Bagian kayu tersebut biasanya lebih rentan terhadap serangan jamur.

C. Syarat-Syarat Penumpukan Kayu Saat Pengeringan

Ada banyak hal yang perlu diperhatikan saat penumpukan kayu. Syarat-syarat penumpukan kayu yang baik saat pengeringan adalah sebagai berikut.
  1. Tempat harus datar/rata serta tinggi, sehingga tidak tergenang air pada waktu musim hujan. 
  2. Sumber hama dan penyakit harus dihindarkan 
  3. Jarak timbunan dari lantai dianjurkan setinggi kurang lebih 50 cm untuk ruang kosong sirkulasi udara.
  4. Memiliki ruang antara tumpukan kayu sehingga udara dapat melintas dan penumpukan atau pengambilan kayu lebih mudah.
  5. Tinggi penyusunan dianjurkan jangan terlalu tinggi (kurang lebih 3 m) dan bagian atas diberi beban pemberat. 
  6. Penumpukan papan dilakukan dengan memanfaatkan kayu ganjal (lat, sticker). Penggunaan ganjal pada penumpukan kayu disusun rapi sehingga membentuk garis lurus vertikal. Ganjal harus terbuat dari kayu yang sehat (bebas cacat), keadaannya kering dan bentuk persegi serta seragam.

Pustaka:
Dumanauw, J. F. 1990. Mengenal Kayu. Kanisius. Yogyakarta
close